NINJA’ 01 SEMARANG
Pengadaan kelas Sport 2 Tak Rangka Standar s/d 150 cc yang
didominasi kudapacu Kawasaki Ninja 150 dipastikan menarik banyak minat.
Maklum saja, dalam kategori ini wajib dengan rangka standar, karburator
standar dan pengapian standar.
Untuk karbu dan pengapian yang standar tersebut boleh diupgrade.
Alhasil, mengacu konteks ini, maka mekanik terpacu untuk berkreasi
berdasar batasan-batasan regulasi tersebut.
Perkembangan lebih lanjut, catatan waktu yang dihasilkan tergolong
cukup mengejutkan. Tidak jauh berbeda dengan pacuan Sport 2 Tak Tune-Up
s/d 155 cc yang secara spek berada di atasnya.
Hanya berbeda antara 0,2-0,3 detik saja. Seperti juga Ninja lansiran
2001 berbendera tim MBC Jalu Senoaji asal Semarang ini. Mampu mengukir
best-time 7,6 detik untuk menu lintasan 201 meter.
Dicermati
lebih lanjut, ada dua hal penting yang menjadi fokus riset, yaitu karbu
dan CDI. Terkesan sederhana, namun sangat berarti ketika berbicara
output power yang dihasilkan.
“Karbu wajib dioptimalkan. Bahkan
saya reamer hingga 34 mm. Agar tidak bocor, pada dinding karbu saya
lapisi lem. Termasuk mengganti juga jarum skep custom yang diameternya
lebih gemuk, juga lebih panjang dari bawaan asli,” tutur Jalu, sapaan
akrab kiliker yang merancang sendiri membran hingga lebih lentur dan
cepat kembali.
Demikian penting untuk memadatkan aliran gas
aktif menuju ruang bakar. “Agar power bawah tetap bertaji, maka
pilot-jet saya patok ukuran 40. Karakter tenaga di RPM bawah tergolong
liar. Butuh perhatian joki mengenalinya. Namun tenaga menengah keatas
dijamin istimewa,“ tambah Jalu yang menetapkan tinggi exhaust 30 mm dan
bermarkas di Jl. Beruang Mas/Barito 17 Semarang serta mengandalkan
beberapa joki diantaranya Eko Chodox, Dwi Batank dan Jovanka.
Menyangkut
otak pengapian alias CDI sendiri diaplikasi milik Suzuki RGR. Alat ini
diklaim lebih baik dari CDI milik Suzuki RC 100 yang banyak diadopsi
para tukang korek. Sampai disini, sah-sah saja opini tersebut tadi
karena setiap kiliker punya idealisme. Pada akhirnya, torehan waktu dan
prestasi yang menjadi alat ukurnya.
“Analisa saya, limiter RPM
dari CDI RGR tembus 19.000, sedang RC sekitar 13.000 saja. Yang pasti
harus CDI asli copotan dari motor, bukan yang dijual bebas,“ terang Jalu
yang menganut sistem pengapian yang bertumpu pada putaran mesin atau AC
(Alternating Current) dan diback-up magnet standar serta sepul diganti
kepunyaan YZ 125.
SUPPORT KRUK-AS SERPICOPerangkat
kruk-as begitu signifikan dalam balap karapan karena berhubungan dengan
gaya naik-turun piston, identik disebut inersia. Terlebih butuh
kekuatan material karena bermain dalam RPM tinggi sebagai efek
modifikasi mesin.
Jadi harus selalu center. Jika tidak, maka
akan muncul getaran dan mempengaruhi kinerja mesin. “Hasil riset saya
lebih optimal dan lebih awet dengan kruk-as milik Serpico,“ ujar Jalu,
menegaskan harganya sekitar Rp. 2,6 juta.
Sekedar catatan saja,
Kawasaki Ninja Serpico yang berjaya di masanya dan identik dengan
kecepatan spesial berhenti produksi awal tahun 2000an dengan produk
akhir berkode 150 SST. | ogy
SPEK KOREKAN MAIN JET : 155, PILOT JET : 40, RASIO : 30-16 (I), 28-17 (II), KNALPOT : AHM, FINAL-GEAR : 13-40 (201 M)